Inverted winger adalah pemain sayap yang menempati sisi lapangan
yang berlawanan dengan kekuatan kaki terbaiknya. Seorang pemain sayap berkaki
kidal ditempatkan di sisi kanan, sementara pemain berkaki kanan di taruh di
sisi kiri — itulah inverted winger.
Dengan pertukaran posisi macam itu, seorang inverted winger bisa
mengkreasi peluang bagi dirinya sendirinya dengan cara membawa bola ke dalam,
lalu melakukan percobaan mencetak gol dengan kaki terkuatnya. Misal: seorang
kidal di sisi kanan, bisa membawa bola ke tengah atau ke depan kotak penalti,
dan bisa langsung melakukan shot dengan kaki kirinya. Dia tak harus memindahkan
bola ke kaki terkuatnya lebih dulu karena bola sudah ada di kaki terkuatnya.
Seperti aksi Arjen Robben, si kidal dari Bayern Munchen. Robben
lebih banyak beroperasi di sisi kanan lapangan, tanpa harus menghilangkan
karakternya sebagai pemain kidal. Atau seperti Robet Pires ketika di Arsenal.
Kini peran itu pun terkadang bisa kita lihat di diri Cristiano Ronaldo.
Di sisi lawan tanding, taktik ini sungguh tidak mengenakkan.
Umumnya para pemain bertahan, seperti fullback di sisi kiri atau kanan ditempati oleh
mereka yang memiliki kekuatan kaki yang sama dengan sisi lapangan. Gampangnya,
bek kanan adalah seorang dengan kaki kanan yang kuat dan sebaliknya.
Ketika melakukan gerakan memotong ke dalam, seorang pemain sayap
akan memaksa fullback untuk
merebut bola dengan kekuatan kaki lemahnya, dengan mayoritas seorang fullback
menempati sisi di mana pada kekuatan kaki terbaiknya. Jika ingin mengambil bola
dengan kaki terbaik, fullback harus paling tidak memutar badan untuk
memindahkan kaki terkuatnya mendekati lawan. Dengan memutar badan, maka bisa
ditebak ia akan kalah beberapa langkah dari pemain sayap yang sudah pasti
berlari kencang mendekati kotak penalti.
Ini berbeda dengan seorang traditional winger yang ditempatkan di
sisi yang sesuai dengan kaki terkuatnya: pemain kidal di sisi kiri, pemain
dominan kaki kanan di sisi kanan. Sayap dengan bergaya tradisional ini populer
pada pola klasik tiga baris sejajar 4-4-2. Kedua sayap bekerja menyisir
lapangan dan lantas mengirim umpan silang ke dalam kotak penalti. Fungsi mereka
terutama untuk memberi peluang bagi pemain lain khususnya striker, dan bukan
mengkreasi peluang untuk dirinya sendiri. Fullback hanya tinggal menjaganya agar terus
melebar dan tidak memberi kesempatan melakukan teror melalui umpan silang.
Produktivitas pemain inverted
winger hanya salah satu kelebihan saja. Dengan menggunakan inverted
winger, sebuah tim punya lebih banyak variasi dalam upaya membongkar pertahanan
lawan. Saat seorang inverted winger bergerak ke tengah pertahanan lawan dan
berhasil memancing fullbackyang
menjaganya untuk ikut bergerak ke dalam, maka ada lubang di sisi pertahanan
yang bisa dimanfaatkan pemain lain. Pertama, seorang inverted winger bisa
mencetak gol tidak hanya dengan dribbling yang diakhiri dengan shot, tapi bisa
melakukannya dengan pergerakan tanpa bola ke jantung pertahanan lebih dulu.
Inverted winger meninggalkan
posisinya di tepi lapangan. Di titik ini, setidaknya ada dua kemiripan antara
seorang inverted winger dengan seorang false nine: pertama, sama-sama banyak
bergerak di luar posisi naturalnya. kedua, memancing pemain
lawan bergerak meninggalkan posisinya. Jika inverted winger bisa menarik fullback ke luar dari
posisinya, seorang false nine untuk menarik bek tengah yang menjaganya.
Seringkali kedua peran di atas itu juga saling menentukan satu
sama lain. Ketika striker yang berperan sebagai false nine berhasil menarik perhatian center back untuk
mengikuti pergerakannya. Misal, terpancing naik mengikuti striker yang turun ke
bawah, maka ada celah yang bisa dieksploitasi oleh pemain sayap yang membawa
bola ke jantung pertahanan.
Jika sudah ada ruang kosong di jantung pertahanan, seorang inverted winger yang
masuk dengan membawa bola bisa langsung melakukan shot atau terus melakukan solo-run ke dalam kotak
penalti. Jika inverted winger tidak bisa melakukan dua hal itu karena ditekan
oleh fullback yang
mengikuti pergerakannya, maka dia bisa melakukan umpan satu dua dengan striker false-nine.
Itulah sebabnya kebanyakan tim yang menggunakan sepasang inverted winger sekaligus
umumnya hanya menggunakan atau memasang seorang striker di depan, baik dalam
formasi 4-2-3-1, 4-5-1 atau bahkan 4-6-0 dengan striker yang berperan sebagai false-nine seperti
Francesco Totti di era Luciano Spaletti.
Seorang striker yang statis berada di kotak penalti menunggu umpan
silang dari sayap tentu tidak cocok dengan gaya bermain yang menekankan
serangan dari sayap mengandalkan sepasang inverted winger. Dibutuhkan striker yang lebih
mampu bergerak, untuk membuka ruang bagi pemain sayap yang ingin masuk ke dalam.
Bahkan jika dibutuhkan, seorang striker dapat bertukar posisi dengan bermain
melebar.
Komposisinya akan lebih mematikan jika tim tersebut juga punya
gelandang serang yang punya akselerasi bagus sehingga bisa bergantian dengan
stiker untuk mengecoh konsentrasi bek lawan. Bayangkan apa yang terjadi
jika sebuah tim punya 4 pemain di lini serang dengan tipikal seperti ini:
sepasang inverted
winger, 1 striker yang fasih bermain sebagai false-nine dan
gelandang serang yang punya akselerasi bagus untuk bertukar posisi dengan
striker.
Bola silang dari inverted
winger tidak menghambat momentum kecepatan bola terlalu besar, karena
penerima umpan hanya tinggal membelokan atau bahkan mempercepat laju bola
dengan sundulan maupun sepakan kaki. Ini diakibatkan bola yang dikirim seorang inverted winger cenderung
melengkung ke dalam ke arah gawang. Sementara seorang winger tradisional,
bola silang yang dikirimnya biasanya melengkung ke luar menjauhi gawang.
Lalu muncul pertanyaan, bagaimana cara menghentikan inverted winger? Setidaknya ada dua cara yang paling
kentara: mencegahnya bergerak memotong ke dalam, atau tidak memberi kesempatan
untuk melakukan aksi selanjutnya setelah melakukan cutting-inside.
Untuk opsi pertama tentu dengan memasang fullback tangguh yang
mampu memenangi duel one
by one. Atau cara ekstrim lain dengan melawan memakaiinverted fullback, misalnya dengan memasang seorang
bek kidal di sisi kanan dan sebaliknya. Misal: Glenn Johnson yang dominan kaki
kanan di era Kenny Dalglish malah ditempatkan sebagai fullback kiri. Namun
hal ini akan mengurangi supportdalam
menyerang dan cenderung membuat tim menjadi bermain bertahan. Lagi pula, seoranginverted fullback umumnya
bukan dipasang untuk mengantisipasi inverted-winger,
tapi malah untuk berperan seperti inverted-winger saat
menyerang.
Cara lain yang lebih memungkinkan adalah memasang double pivot yang
beroperasi di depan back-four dengan
membagi beban tanggung jawab antara kedua pivot. Satu pemain menjaga pemain
sayap lawan yang melakukan cutting-inside,
dan pivot lain menjaga atau menutup ruang gerak pemain lawan yang lain.
writer: RANDY PRASATYA
source:panditfootball.com




0 komentar:
Posting Komentar